ISLAM
Mimpi dapat dialami
oleh setiap orang, baik seorang Nabi maupun manusia biasa. Adakalanya mimpi itu
berisi kejadian yang bercampur aduk, kalut, kusut dan tidak tentu ujung
pangkalnya. Hal seperti itu dalam Alquran disebut Adgatsu Ahkimin (mimpi-mimpi kacau). Ada juga mimpi berisi
kejadian yang terasa diluar mimpi, yaitu sesuatu yang mungkin terjadi atau
merupakan peristiwa yang lazim dialami, mimpi seperti itu ada kalanya
betul-betul menjadi kenyataan persis seperti apa yang disampaikan. Hal ini
biasa disebut Ru’ya Shodiqoh.
Pada masa Kota
Makkah dikuasai Musyrikin Quraisy, Rosulallah SAW pernah bermimpi bahwa beliau
pergi ke kota itu bersama kaum muslimin untuk melakukan umroh, thowaf, sa’i dan
bercukur, kemudian ternyata mimpi itu menjadi kenyataan beliau dan umat islam
dapat masuk kota Makkah seperti dalam mimpinya.
Ada pula yang
merupakan kembang atau rumusan seperti yang dialami Nabi Yusuf AS, beliau
bermimpi ketika belum dewasa melihat sebelas bintang, matahari dan bulan
menghormati (sujud) kepada beliau. Ayahnya melarang menceritakan hal itu kepada
saudara-saudaranya, karena khawatir ada kecemburuan diantara mereka. Ternyata
mimpi itu menjadi kenyataan, yaitu setelah beliau berkuasa di Mesir,
saudara-saudara beliau dan orang tuanya datang berkunjung dan menghormatinya
(QS : Yusuf ; 2-3)
Bermimpi seperti
itu bukan hanya dialami orang-orang yang sholeh saja, orang kafirpun dapat
bermimpi seperti itu, misalnya yang dialami raja Mesir bernama Fir’aun , dia
bermimpi pada zaman Nabi Yusuf AS, melihat tujuh ekor sapi yang kurus menelan
tujuh ekor sapi yang gemuk. Demikian juga yang dialami oleh kedua kawan Nabi
Yusuf sewaktu dipenjara, yang seorang bermimpi memeras anggur, dan yang seorang
lagi bermimpi membawa roti diatas kepalanya , lalu ditemukan oleh burung. Semua
itu diterangkan Nabi Yusuf AS , bahkan beliau berkata :
“Aku dapat
menerangkan takwilnya (tafsir) sebelum makanan itu sampai kepada kamu, karena
yang demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan Tuhan kepadaku” (QS :
Yusuf: 36-37)
Nabi Yusuf AS
menakwilkan mimpi tujuh ekor sapi kurus menelan tujuh ekor sapi gemuk yaitu
negara mesir akan diserang bahaya rawan pangan selama tujuh tahun, sehingga
hasil pertanian tujuh tahun sebelumnya itu akan habis digunakan pada masa
pailit selama tujuh tahun. Adapun orang yang membawa roti lalu dimakan burung,
artinya ia akan dibunuh dan dagingnya akan habis dimakan burung, sedangkan yang
mimpi memeras anggur, ia akan diangkat menjadi pelayan istana pada istana
Fir’aun untuk membagi-bagikan minuman. Dan ternyata hal itu mejadi kenyataan
(QS : Yusuf : 34 – 35 )
Kemudian syarat
apa? Dan rumus apa? Untuk mengetahui takwil mimpi itu, tidak ada penjelasan dalam agama tenang syarat
dan rumus mimpi tersebut. Yang
bisa mengetahui takwil/tafsir mimipi itu hanya para Nabi dengan seizin Allah
SWT, seperti Nabi Yusuf AS.
Sekarang banyak
kitab dan buku-buku yang menerangkan lambang-lambang dan isyarat-isyarat dari
sebuah mimpi dengan bermacam-macam arti ataupun maknanya, akan tetapi semua itu
tidak dapat dijadikan pegangan, mengingat banyak yang tidak cocok dengan
kenyataan.
Adapun
orang yang menakwilkan/mentafsirkan mimpi hukumnya musyrik, baik secara
langsung maupun dalam membuat buku-buku tafsir mimpi. Begitu pula dengan
mentafsirkan mitos-mitos yang turun temurun di masyarakat kita.
Tidak ada yang tahu
akan kenyataan takwil atau tafsir mimpi seseorang secara pasti sebelum
betul-betul terjadi. Hal ini adalah perkara ghaib, sedangkan perkara ghaib
tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT, dan orang-orang yang diberi tahu berdasarkan
wahyu, sedangkan kita hanya bisa mengetahui arti mimpi itu jika suatu
peristiwa telah terjadi seperti yang diimpikan.
Macam –
macam mimpi
Berdasarkan
keterangan yang diriwayatkan Imam Muslim dari shohabat Abu Hurairoh ternyata
mimpi itu ada tiga macam , yaitu dari Allah SWT, dari Syetan dan dari diri
sendiri.
وَالرُّؤْيَا ثَلَاثَةٌ: فَرُؤْيَا الصَّالِحَةِ بُشْرَى مِنَ اللهِ، وَرُؤْيَا تَحْزِينٌ مِنَ الشَّيْطَانِ، وَرُؤْيَا مِمَّا يُحَدِّثُ الْمَرْءُ نَفْسَهُ
Mimpi itu ada tiga : mimpi yang baik adalah khabar gembira dari Allah,
mimpi yang menyedihkan dari Syetan, dan mimpi seseorang yang menceritakan hanya
darinya (HR :Muslim dari Abi Hurairoh ; Maktabah ;2263)
Sehubungan dengan
makna impian dari Allah dan dari Syetan ,Imam Bukhori membuat sebuah judul
dalam “Babur ru’ya minallah” dalam kitab ta’bir dan beliau memuat hadits
sebagai berikut :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ: أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ رُؤْيَا يُحِبُّهَا، فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ اللَّهِ، فَلْيَحْمَدِ اللَّهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا، وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ، فَإِنَّمَا هِيَ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّهَا ، وَلاَ يَذْكُرْهَا لِأَحَدٍ، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ»
Dari Abi Sa’id Alkhudri , sesungguhnya ia mendengar Nabi SAW bersabda :
apabila seseorang diantara kamu bermimpi yang disukainya, hal itu hanyalah dari
Allah, maka hendaklah ia memuji Allah atas mimpi itu, (mengucap Alhamdulillah)
dan hendaklah menceritakannya, tetapi jika ia bermimpi selain itu yang tidak
disukai, hendaklah berlindung kepada Allah (mengucap A’udzu billah) dari
kejelekannya, dan hendaklah tidak menceritakannya kepada siapapun, karena hal
itu tidak memudlorotkannya (HR : Bukhori)
Dalam keterangan
lain masih riwayat imam Bukhori dari shohabat Abu Qotadah dengan tambahan
kalimat meludah ke sebelah kiri
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ مِنَ اللَّهِ، وَالحُلْمُ مِنَ الشَّيْطَانِ، فَإِذَا حَلَمَ فَلْيَتَعَوَّذْ مِنْهُ، وَلْيَبْصُقْ عَنْ شِمَالِهِ، فَإِنَّهَا لاَ تَضُرُّهُ»
Dari Abu Qotadah , dari Nabi SAW bersabda: mimpi yang baik itu dari
Allah dan mimpi yang buruk itu dari Syetan, apabila seseorang diantara kamu
mimpi buruk, maka hendaklah berlindunglah (kepada Allah) darinya, dan hendaklah
meludah ke sebelah kirinya karena hal itu tidak akan membahayakan (HR :
Bukhori)
Apabila kita
bermimpi baik, dianjurkan untuk tetap memiliki sangka yang baik kepada Allah,
dengan disertai harapan yang baik dan tidak usah menakwilkan mimpi tersebut,
karena kita bukan ahlinya, dan hal itu boleh diceritakan kepada orang lain.
Demikian juga bila kita bermimpi yang buruk, berprasangka yang baik kepada
Allah tidak boleh lepas, jangan terpengaruh dengan mimpi buruk itu, karena hal
tersebut gangguan dari Syetan, hendaknya tidak menceritakannya kepada siapapun,
yakinkan pada diri kita bahwa hal itu tidak akan ada pengaruhnya, dan bukan
pertanda suatu keburukan, oleh karena itu diperintahkan untuk berlindung kepada
Allah dari gangguan syetan.
Tidak ada orang
yang bermimpi kecuali disaat tidur. Pada waktu tidur jiwa seseorang itu telah
diterima Allah SWT, lalu ketika bangun jiwa itu dikembalikan lagi, sebagaimana
firman-Nya :
“Allah-lah yang menerima jiwa-jiwa ketika
matinya, dan jiwa yang tidak mati dalam tidurnya, lalu Ia menahan jiwa yang Ia
hukumkan mati atasnya, dan Ia melepaskan jiwa-jiwa yang lain, hingga satu masa
yang telah ditentukan , sesunguhnya dalam kejadian demikian itu ada beberapa
tanda bagi orang-orang yang mau berpikir” (QS : Azumar : 42)
Sumber: http://www.fiqhsunnah.com